Klasifikasi lalat buah (Bactrocera spp.) menurut Drew dan Hancock (1994) adalah sebagai
berikut: Kingdom : Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo :
Diptera, Famili : Tephritidae, Genus : Bactrocera, Spesies : Bactrocera spp.. Lalat buah termasuk
serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu terdiri dari
tahap telur, larva (belatung), pupa (kepompong), dan imago (lalat dewasa) (Vijaysegaran dan Drew, 2006).
 |
Gambar 1. Telur Lalat Buah Bactrocera spp.
(Sumber:
Drew dan Hancock, 1994)
|
Telur
lalat buah secara umum berwarna putih atau putih kekuningan berbentuk bulat
panjang,
panjang
sekitar 2 mm dan berbentuk elips hampir datar di bagian ujung ventral, cekung
di bagian dorsal. Telur berwarna putih berbentuk panjang dan runcing bagian
ujungnya (Gambar 2). Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 30-36 jam pada temperatur antara 25˚-30˚
C (Rukmana dan
Saputra, 1997).
Larva
berwarna putih keruh kekuningan, berbentuk bulat panjang dan salah satu
ujungnya runcing. Kepala berbentuk runcing, mempunyai alat pengait dan
bintik yang jelas. Larva lalat buah melewati tiga instar dalam waktu antara
tujuh sampai sepuluh hari, larva instar terakhir mempunyai warna tubuh yang
lebih gelap (kuning tua) daripada larva instar sebelumnya (Putra, 1997). Larva
instar ketiga berukuran sedang, dengan panjang 7 mm - 9 mm dan lebar 1.5-1.8 mm
(White dan
Harris, 1994).
Larva hidup dan
berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Pada instar ke tiga menjelang
pupa, larva akan keluar dari dalam buah melalui lubang kecil. Setelah berada di
permukaan kulit buah, larva akan melentingkan tubuh, menjatuhkan diri dan masuk
ke dalam tanah. Larva
menjadi pupa di dalam tanah (Djatmiadi
dan
Djatnika, 2001).
Pupa
terbentuk dari larva instar terakhir yang meninggalkan buah dan jatuh di atas
tanah, kemudian masuk ke dalam tanah dan membentuk pupa. Pupa berwarna coklat,
dengan bentuk oval, panjang ± 5 mm dan lama stadium pupa 4-10 hari (Gambar 4). Pupa berada di
dalam tanah atau pasir pada kedalaman 2-3 cm di bawah permukaan tanah atau
pasir. Setelah 6 -13 hari, pupa menjadi imago (Djatmiadi dan Djatnika, 2001).
 |
Gambar 2. Pupa Lalat Buah (Bactrocera spp.)\
(Sumber:
Isniani, 2013)
|
Menurut Siwi (2005), panjang tubuh lalat dewasa sekitar
3,5-5 mm, berwarna hitam kekuningan. Kepala dan kaki berwarna coklat. Toraks
berwarna hitam, abdomen jantan berbentuk bulat sedangkan betina terdapat alat
tusuk (Gambar 5). Siklus hidup lalat buah dari telur sampai imago berlangsung
selama kurang lebih 27 hari.
 |
Gambar 3. Imago Lalat Buah Jantan Bactrocera
spp.
(Sumber: Siwi dan Hidayat, 2006)
|
 |
Gambar 4. Imago Lalat Buah Betina Bactrocera spp.
(Sumber: Siwi dan Hidayat, 2006)
|
Penelitian yang
dilakukan di Sumatera Selatan menemukan tiga spesies lalat buah yang menyerang
sayuran buah dari famili Solanaceae dan Cucurbitaceae dan empat spesies yang
berhasil ditangkap melalui perangkap (atraktan). Spesies lalat buah yang
menyerang famili Solanaceae yaitu B.
dorsalis, sedangkan yang menyerang famili Cucurbitaceae
yaitu B. cucurbitae dan
B. tau (Herlinda et al.,
2008).
Hasil penelitian Drew dan Romig (2012), beberapa spesies lalat buah yang ditemukan
di Sulawesi, yaitu B.
beckerae, B. megaspilus, B.
sulawesiae, B. trifasciata, B. angustifinis, B.
emittens, dan Dacus nanggalae.
Intensitas serangan dan populasi lalat buah akan
meningkat pada keadaan iklim sesuai, pada saat suhu rendah berkisar antara 26˚
C dan kelembaban
tinggi berkisar 90% akan baik bagi aktivitas lalat buah. Aktivitas lalat buah
akan lebih baik pada saat curah hujan rendah dari pada curah hujan tinggi
(Rukmana dan
Saputra, 1997).
Kelembaban
yang rendah dapat meningkatkan mortalitas imago, sedangkan pada kelembaban yang tinggi dapat mengurangi
laju peletakan telur. Kelembaban
optimum lalat buah agar bisa hidup baik sekitar 62-90% (Landolt dan Quilici, 1996). Imago aktif pada
keadaan yang terang yaitu pada siang hari, lalat betina yang banyak mendapat sinar
akan lebih cepat bertelur (Siwi, 2005). Curah hujan yang tinggi juga
menyebabkan populasi lalat buah meningkat dan daya hidup lalat buah yang berada
di dataran tinggi umumnya lebih lama dibandingkan dengan dataran rendah
(Herlinda et al., 2007).
Musuh alami adalah faktor penyebab kematian lalat
buah. Musuh alami yang menyerang lalat buah adalah parasitoid, predator dan
patogen. B.
carambolae dan B.
papayae merupakan jenis lalat buah yang banyak ditemukan
karena tanaman inang dari kedua spesies ini tersedia sepanjang waktu (Muryati et al., 2007).
Menurut Putra (1997) pakan lalat buah
dewasa berasal dari cairan manis buah-buahan. Lalat buah yang ditemukan di setiap lahan
disebabkan perbedaan jumlah dan jenis buah sebagai pakan lalat buah. Semakin
banyak jenis dan jumlah buah pada suatu lahan maka semakin banyak pula jumlah
dan jenis lalat buah yang ditemukan (Nismah dan Susilo,
2008).
Aktivitas lalat buah dalam menemukan tanaman inang
ditentukan oleh warna dan aroma dari buah. Lalat buah jantan mengenal
pasangannya selain melalui feromon, juga melalui kilatan warna tubuh dan pita
atau bercak pada sayap. Lalat buah aktif pada sore hari menjelang senja, Bactrocera spp. melakukan kopulasi biasanya pada senja hari. Lalat buah termasuk serangga
yang kuat terbang, lalat jantan mampu terbang 4-15 mil (6,44-24,14 km) tergantung pada kecepatan
dan arah angin. Lalat buah banyak berterbangan
di antara pohon-pohon buahan bila buah sudah hampir matang atau masak (Kalie, 2000).
Keanekaragaman
inang yang tinggi sangat mempengaruhi
keanekaragaman spesies, kelimpahan individu, dan sebaran lalat buah di suatu
wilayah, sedangkan habitat homogen umumnya terdiri atas inang dengan jenis yang
terbatas sehingga menyebabkan adanya keterbatasan spesies lalat buah yang
terdapat pada wilayah tersebut
(Harris et al., 2001).
Keberadaan
tanaman yang dibudidayakan dalam jumlah tinggi sangat mempengaruhi populasi
spesies lalat buah yang menjadi hama tanaman tersebut (Vayssières et al.,
2009).
Tanaman
budidaya menjamin ketersediaan inang sepanjang waktu, disamping itu sistem
budidaya tanaman yang kompleks dengan berbagai macam jenis tumbuhan yang
berpotensi jadi inang mendukung kehadiran dan berkembangnya lalat buah (Magid et al.,
2012).
Gejala serangan lalat buah ini bisa dilihat dari bentuk permukaan buah yang diserang
oleh lalat buah.
Lalat
buah biasanya menyerang pada buah yang berkulit tipis, mempunyai daging yang
lunak. Gejala serangan pada buah
yaitu daging
buah membusuk dan terdapat ratusan larva. Serangan lalat buah sering ditemukan
pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan terlihatnya bintik
kecil berwarna hitam bekas tusukan ovipositornya. Selanjutnya karena aktivitas larva lalat buah di dalam buah, bintik
kecil tersebut berkembang menjadi meluas. Larva lalat memakan daging buah
sehingga buah busuk sebelum masak. Stadium lalat buah yang paling merusak
adalah stadium larva (Suputa et al., 2006).
Salah satu cara pengendalian lalat
buah di lapangan adalah menggunakan perangkap yang diberi senyawa atraktan
metil eugenol. Cara ini dapat dikatakan efektif karena dapat mengurangi
kerusakan buah di lapangan namun tetap ramah lingkungan. Perangkap lalat buah di lapangan
menggunakan botol bekas air mineral. Perangkap tersebut berhasil memerangkap
lalat buah dengan jumlah yang banyak (Bhagat et al., 2013). Ketinggian perangkap lalat buah
yang paling efektif menangkap lalat buah pada tanaman adalah 1,5 m dari
permukaan tanah (Hasyim et al., 2006).