
Secara
umum taksonomi merupakan bagian dari sistematik yang mengkaji tentang aturan,
teori, azas dan prosedur klasifikasi. Sebenarnya istilah ini telah lama
diterapkan yang pertama kali dikemukakan oleh de Candolle tahun 1813 dalam
bukunya Theorie Etemantaire de la Botanique. Sistematik tumbuhan
merupakan kajian tentang keanekaragaman, identifikasi, penamaan, klasifikasi
dan hubungan kekerabatan antar takson dalam tumbuhan (Jones dan Lusinger, 1987;
Woodland, 2004). Kajian ini sering disebut sebagai kajian “alpha taxonomy”. Istilah taksonomi dan sistematik sering digunakan
secara bergantian untuk pengertian yang sama karena belum ada kesepakatan
mengenai perbedaan kedua istilah tersebut. Selanjutnya pengetian istilah
Biosistematik sering membingungkan dengan taksonomi dan sistematik. Istilah
biosistematik pertama kali diperkenalkan oleh Camp dan Gilly tahun 1943, yang
mengkaji kekerabatan, keanekaragaman dan struktur dinamis untuk pembatasan
taksa dan menerapkanya sesuai dengan syitem tatanama. Kajian biosistematik
sering disebut juga sebagai kajian “beta
taxonomy” atau sistematik eksperimental (Woodland, 2004).
Taksonomi merupakan dasar untuk kajian
lainnya seperti anatomi, sitologi, embriologi, genetika, fisiologi, biokimia,
ekologi, geografi, paleobotani, dan morfologi. Ilmu taksonomi berkembang
sejalan dengan perkembangan pengetahuan biologi saat ini. Berdasarkan
pendekatan yang digunakan maka beberapa kajian taksonomi sebagai berikut:
1. Taksonomi tradisional atau
taksonomi klasik: kajian tentang sifat-sifat morfologi, kromosom, distribusi
untuk tujuan identifikasi dan klasifikasi suatu takson. Kajian ini identik
dengan kajian floristik
2.
Taksonomi modern
(biosistematik) mencakup penggunaan bukti ekologi, sitologi dan genetika untuk
mengetahui kekerabatan antar suatu takson dengan populasi sebagai basis unit
kajian.
3. Taksonomi numerik (numerical taxonomy: pengolahan berbagai
data taksonomi secara matematik menggunakan bantuan computer untuk mengetahui
kekerabatan ataupun klasifikasi, sehingga sering juga disebut klasifikasi
numerik. Berdasarkan hal ini, dikenal dua hubungan kekerabatan:
a.
Kekerabatan fenetik:
pengelompokan berdasarkan kesamaan sifat secara keseluruhan (overall similarity)
b.
Kekerabatan filogenetik:
pengelompokan berdasarkan sifat-sifat yang bernilai secara filogeni dan
menggambarkan evolusi dari taksa tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat berupa
karakter morfologi, sitologi hingga urutan basa DNA.
4. Taksonomi kimia (chemotaxonomy): penggunaan bukti kimiawi
untuk tujuan identifikasi dan klasifikasi suatu tumbuhan.
5. Taksonomi molekuler (molecular systematics): penggunaan bukti
molekuler (kromosom, enzim dan DNA) untuk tujuan identifikasi, klasifikasi dan
mengetahui kedudukan evolusi suatu tumbuhan.
Berdasarkan berbagai sumber informasi,
ada empat aspek utama taksonomi tumbuhan yaitu:
1. Identifikasi: usaha/cara
untuk mendapatkan atau memberikan nama suatu takson atau sekelompok tumbuhan,
sesuai dengan aturan yang terdapat dalam tatanama tumbuhan.
2. Klassifikasi: penempatan
suatu takson atau sekolompok tumbuhan dalam sistem tertentu menurut kategori
tertentu.
3. Deskripsi: ciri-ciri khas
dan uraian lengkap sifat-sifat morfologi suatu takson atau sekelompok tumbuhan
4. Tatanama: peraturan/pedoman
pemberian nama ilmiah suatu takson berdasarkan Kode Internasional Tatanama
Tumbuhan
- - Kekerabatan: Hubungan yang
merefleksikan seberapa jauh kedekatan ataupun kedudukan evolusi suatu tumbuhan
berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut, tujuan
studi Taksonomi tumbuhan ini adalah untuk:
1.
Mengiventarisasi flora yang
dipermukaan bumi
2.
Memberikan metode yang mudah
serta benar untuk identifikasi dan komunikasi
3.
Menghasilkan sistem
klassifikasi terpadu dan universal
4.
Menunjukkan implikasi
evolusi dari keanekaragaman tumbuhan
5.
Memberikan satu nama ilmiah
yang benar untuk suatu takson baik yang hidup (relict) maupun yang sudah
menjadi fosil.